Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Pemeriksaan Medis Kejiwaan – Pemeriksaan medis kejiwaan merupakan rangkaian pemeriksaan untuk menentukan apakah seseorang menderita permasalahan pada kejiwaannya atau tidak. Serangkaian pemeriksaan tersebut meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, dan tes tertulis melalui kuesioner. Pemeriksaan medis kejiwaan biasanya dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) atau psikolog.

Permasalahan kejiwaan atau gangguan kesehatan mental seringkali dikaitkan dengan adanya faktor psikologis tertentu, seperti stres berkepanjangan. http://162.214.145.87/

Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Namun sebenarnya, terdapat beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada munculnya gangguan kejiwaan, yaitu:

– Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan kejiwaan (genetik).

– Gangguan fisik tertentu seperti kanker atau kerusakan organ, misalnya otak.

– Efek samping obat-obatan dan alkohol.

– Lingkungan di sekitar pasien, termasuk faktor sosial dan budaya.

Masalah kejiwaan yang terjadi dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti perubahan suasana hati atau mood misalnya depresi dan mudah marah, gangguan kepribadian, gangguan tidur, gangguan cemas, gangguan perilaku, gangguan halusinasi, hingga psikosis.

Jika gejala-gejala dari gangguan kejiwaan tersebut sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, maka penderita disarankan untuk memeriksakan kondisinya, agar tindakan pengobatan dapat dilakukan segera.

Pemeriksaan medis kejiwaan bisa dilakukan sebagai pemeriksaan rutin atau darurat jika kondisi kejiwaan pasien memerlukan penanganan darurat. Pemeriksaan kejiwaan yang rutin nantinya memeriksa kondisi kejiwaan pasien secara menyeluruh dan rinci. Sedangkan pemeriksaan kejiwaan darurat, lebih berfokus pada gejala, riwayat kelainan, dan perilaku pasien saat menjelang munculnya gangguan kejiwaan.

Patut untuk diingat bahwa pemeriksaan medis kejiwaan itu seringkali memakan waktu, dan setiap pasien akan membutuhkan waktu berbeda-beda mulai dari proses pemeriksaan hingga diagnosis penyakit kejiwaan selesai dilakukan. Baik pasien maupun keluarga pasien sebaiknya tidak meminta pemeriksaan kejiwaan dipercepat, agar hasil diagnosis yang diperoleh adalah hasil yang akurat.

Indikasi Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Pemeriksaan medis kejiwaan bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan mental dan perilaku pada seseorang. Hal tersebut dilakukan karena tak semua gangguan kejiwaan dapat dideteksi dengan mudah. Bahkan, terkadang seseorang yang mengalami masalah kejiwaan tidak menampakkan gejala sama sekali atau sulit dibedakan dari perilaku orang normal. Salah satu ciri yang menandakan seseorang menderita penyakit kejiwaan adalah gejala psikis yang terjadi terus-menerus.

Contohnya, ketika seseorang mengalami kesedihan ketika ada keluarga atau orang terdekat yang meninggal, wajar jika merasa sedih dan berduka. Namun, jika perasaan sedih ini terjadi berkepanjangan atau dirasakan cukup berat hingga menyebabkan keluhan tertentu seperti muncul ide bunuh diri, tidak bisa tidur, dan sulit menjalani aktivitas sehari-hari, maka bisa dikatakan seseorang sudah menunjukkan adanya gejala dan tanda gangguan kejiwaan.

Selain daripada contoh kasus di atas, pemeriksaan medis kejiwaan juga bisa dilakukan pada atas alasan lain, yaitu saat diminta pihak berwajib atau pengadilan untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap seorang tersangka pelaku tindak kriminal. Pemeriksaan kejiwaan ini untuk membantu proses hukum dalam memastikan apakah orang tersebut sehat secara kejiwaan untuk menjalani peradilan.

Peringatan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Tak ada peringatan atau kontraindikasi khusus yang menyebabkan pasien tidak bisa menjalani pemeriksaan medis kejiwaan. Bila si pasiennya setuju untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan dan memberi persetujuan (informed consent) untuk dilakukannya pemeriksaan, maka dokter bisa memulai pemeriksaan. Akan tetapi, jika pasien dianggap dapat membahayakan dirinya sendiri atau petugas pemeriksa, keluarga dan petugas dapat melakukan langkah-langkah pengamanan untuk menjaga keselamatan selama pemeriksaan.

Semasa dalam keselamatan diri pasien dan petugas tidak dapat dijaga akibat perilaku pasien, pemeriksaan medis kejiwaan sangat dianjurkan untuk dilakukan di rumah sakit. Saat menjalani pemeriksaan, pasien perlu menceritakan permasalahan yang dihadapi dan menjawab pertanyaan dokter dengan jujur. Hal ini penting guna membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan langkah penanganan yang tepat.

Persiapan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Tak terdapat persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum menjalani pemeriksaan medis kejiwaan. Bila dibutuhkan, dokter atau psikolog akan turut mewawancarai keluarga pasien agar hasil pemeriksaan yang dijalani lebih akurat. Keluarga dari pasien pun akan diminta pertimbangannya untuk memilih pengobatan yang akan dijalani pasien setelah hasil pemeriksaan kejiwaan diketahui. Pertimbangan keluarga atau wali pasien untuk hal tersebut diperlukan, jika pasien tidak mampu (tidak kompeten) untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko dari pengobatan yang akan diberikan setelah pemeriksaan selesai.

Sebelum menjalani pemeriksaan, ada baiknya juga pasien atau keluarga mencatat keluhan dan riwayat masalah yang dihadapi, seperti dari kapan gejala mulai dirasakan, hal-hal apa saja yang memicu atau memperberat gejala yang dikeluhkan, dan emosi apa saja yang dirasakan oleh pasien selama ini.

Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Dokter dan psikolog akan melakukan pemeriksaan medis kejiwaan pasien melalui berbagai metode. Akan tetapi, metode yang paling utama dilakukan di dalam pemeriksaan medis kejiwaan adalah wawancara dan observasi, baik dengan pasien ataupun dengan keluarga pasien. Meskipun demikian, pemeriksaan tambahan lainnya seperti tes darah atau urine mungkin juga akan dilakukan untuk mendukung atau mengonfirmasi diagnosis.

Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Pemeriksaan Penunjang dan Psikotes

Bila dibutuhkan, pasien akan diminta untuk menjalani pemeriksaan penunjang agar dapat membantu psikiater menentukan diagnosis. Pemeriksaan penunjang ini dapat berupa pemeriksaan darah dan urine di laboratorium atau dengan pencitraan, misalnya CT scan dan MRI otak.

Selain dari menjalani pemeriksaan medis kejiwaan lewat wawancara dan observasi dengan psikiater, pasien juga kemungkinan akan diminta untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut yaitu psikotes. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengevaluasi lebih dalam fungsi mental dan hal spesifik terkait kejiwaan pasien, seperti tipe kepribadian, tingkat kecerdasan (IQ), dan kecerdasan emosional (EQ) pasien.

Psikotes umumnya dilakukan dalam bentuk pengisian kuesioner atau lembaran yang berisi pertanyaan atau instruksi tertentu. Pasien biasanya akan diminta untuk mengisi kuesioner ini dalam waktu tertentu dan membaca atau menerima arahan tertentu dari psikiater sebelum memulai psikotes. Saat menjalani psikotes, pasien dihimbau untuk mengisi dengan jujur, hal ini penting agar psikiater dapat mengevaluasi dan mendiagnosis kondisi pasien dengan benar.

Setelah Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Data-data mengenai pasien yang diambil dan dikumpulkan selama pemeriksaan medis kejiwaan akan dianalisis oleh psikiater untuk menentukan permasalahan dan gangguan mental yang diderita oleh pasien. Melalui analisis tersebut, psikiater dapat menentukan gangguan mental yang diderita pasien secara akurat untuk kemudian merencanakan langkah penanganan yang akan dijalani oleh pasien.

Jenis pengobatan yang akan dijalani pasien bergantung kepada tingkat keparahan dari gangguan yang diderita. Umumnya, pengobatan gangguan mental atau masalah kejiwaan yang dijalani akan dilakukan oleh tim yang melibatkan psikiater, keluarga, dokter, psikolog, dan perawat. Untuk pasien yang tidak memiliki keluarga, pihak terkait lain seperti pekerja sosial atau petugas dari dinas sosial juga akan dilibatkan.

Metode pengobatan gangguan mental atau masalah kejiwaan yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain adalah:

Psikoterapi

Psikoterapi merupakan pengobatan untuk masalah kejiwaan dengan cara berbicara, atau melalui bimbingan konseling dengan psikiater atau psikolog. Psikoterapi umumnya dilakukan selama beberapa bulan, namun pada beberapa kasus, dapat dilakukan dalam jangka panjang.

Pemberian obat-obatan

Pemberian obat-obatan tak dapat menyembuhkan gangguan mental yang diderita oleh pasien. Akan tetapi, dapat meredakan gejala gangguan mental serta dapat membantu metode terapi lain bekerja lebih efektif. Pemberian obat-obatan untuk menangani gangguan mental harus di bawah pengawasan psikiater. Perlu dicatat bahwa psikolog tidak dapat memberikan obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan yang biasanya digunakan dalam menangani gangguan mental adalah:

– Antidepresan.

– Antipsikotik.

– Obat penstabil mood (mood stabilizer).

– Obat pereda cemas.

– Obat penenang.

Stimulasi otak

Stimulasi otak dilakukan dengan cara merangsang otak menggunakan aliran listrik dan magnet untuk mengobati gangguan kesehatan mental. Metode ini mungkin akan dilakukan jika psikoterapi dan pengobatan tidak memberikan hasil efektif.